CINA DALAM DAYAK

Orang Darat (dayak) memanggilnya “sobat”, mereka memanggil orang darat “laci”. Anak hasil perkawinan Cina dengan Dayak disebutnya “Pantokng” dan sebaliknya anak hasil perkawinan Dayak dengan Cina dikenal sebagai Pantongla. Keadaan ini banyak terjadi diwilayah yang dulunya disebut-sebut sebagai daerah kekuasaan Republik Monterado (Kabupaten Sambas) dan Republik Lan Fang di Mandor (Kabupaten Pontianak).
Cina memang unik, sejak migrasinya ke Kalimantan Barat, mereka memperkenalkan “padi” pada orang Dayak. Mereka juga memperkenalkan tembikar serta alat-alat baru berupa beliung dari batu. Bellwodd (1985) mencatat, dalam permulaan Kala Holosen, kira-kira 7.000 tahun yang lalu, padi liar dan padi-padian lain dibudidayakan dipunggung daerah aliran sungai Yangtze, yaitu dilahan-lahan basah musiman disebelah selatan.
Selain padi dan karet, orang cina juga memperkenalkan “emas” sebagai mata pencaharian dengan cara penambangan. Mereka memang penambang emas yang ulung, sengaja didatangkan Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah. Emas memang banyak diwilayah Kesultanan Sambas dan Panembahan Mempawah kala itu. Emas merupakan penyebab terjadinya salah satu migrasi utama, yaitu masyarakat Cina penambang emas ke Kalbar pada akhir abad ke-18 ( Jackson,1970). Hasil emas mencapai puncaknya antara tahun 1790 dan 1820. Pada tahun 1810, produksi emas dari Kalbar melebihi 350.000 troy ons, dengan nilai lebih dari 3,7 juta dollar Spanyol ( raffles, 1817 ).

Selain menambang emas, Orang Cina juga memperkenalkan pola pertanian system sawah di daerah rawa, lengkap dengan pengairannya (pagukng/irigasi).


Perubahan ini, karena hasil emas mulai berkurang pada tahun 1820-an dan terus menurun dalam dua dasawarsa berikutnya. Menghadapi keuntungan yang terus menurun dari pertambangan emas, semakin banyak orang Cina yang beralih keperdagangan dan pertanian dengan menanam padi, sayuran dan beternak babi. Sejak tahun 1880, orang Cina mulai membuat perkebunan lada, gambir dan setelah tahun 1910 memulai perkebunan karet
Mereka juga memperkenalkan “arak” sebagai minuman.
Mereka juga belajar membuat senjata api “senjata lantak” sebagai alat berburu. Dulu, senjata perburuan dari orang dayak berupa tombak dan sumpit.
Tidak cuma itu, “judi” juga diperkenalkan kelompok etnik ini kepada orang darat.
Politik juga diperkenalkan cina kepada dayak. Sejak kongsi-kongsi mereka besar, mereka mendirikan Negara republic, ada 2 republik dikalimantan barat pada abad 19. Dipenghujung abad 20, mereka juga mencoba mendirikan sebuh republic “PGRS/Paraku” yang berafiliasi dengna komunis Sarawak. Orang dayak juga belajar berorganisasi modern dengan orang Cina.
Ada kesesuaian antara tradisi dayak dengan cina, dalam ritual tertentu misalnya. System perladangan dayak juga mengikuti tradisi cina, khususnya penanggalan. Penanggalan Cina amat berpengaruh dalam tradisi perladangan Dayak, hingga hari ini. Ini mungkin pengarh dari diperkenalkannya tanaman padi kepada mereka.
Sebelum padi dikenal, orang darat memproduksi sagu liar untuk diambil pati selain “kulat karakng”. Mitos dan legenda Nek Baruakng Kulub mungkin warisan dari tradisi cina yang memperkenalkan tanaman padi ini.
System dagang, juga diperkenalkan cina kepada orang dayak. Sebelumnya system dagang bagi orang dayak berupa system barter (tukar barang), karena mereka tidak mengenal dan memiliki mata uang.
Alat-alat pelengkap adat, misalnya pahar, siam, tempayan, mangkuk, piring, dll juga berasal dari orang cina. Jadi, mungkin saja adat-adat pelengkap seperti sekarang ini merupakan hasil pembauran tradisi antara dayak dan cina. Dulu, mangkuk, piring, dll dari orang dayak berupa kayu yang di “tebok”, bamboo dan daun, utamanya daun layakng.
Garam dan mi-cin sebagai penyedap rasa juga diperoleh dayak dari cina. Dulu, penyedap rasa orang dayak dalam memasak berupa daun dan buah tertentu, utamanya “daun sansakng” dan “buah taradu”, yang harum dan manis.
Tidak heran, sampai hari ini, banyak nama tempat dikampung2 dayak masih menggunakan nama cina, termasuk pasar2 yang kini menjadi ibukota kecamatan.
Perubahan hidup yang cukup penting terjadi bersamaan dengan penemuan bijih besi dan cara-cara mengekstrasi dan mengolahnya. Ketrampilan dalam membuat alat-alat dari besi, bersamaan dengan pengenala artefak dari besi dan perunggu-tembaga serta teknologi penggunaannya dari orang-orang Vietnam, Cina dan India antara avad ke 6 dan ke 10 (Bellwood, 1985). Dengan alat-alat yang terbuat dari besi, hutan lebih mudah dibuka dan pembukaan hutan ini memungkinkan penanaman padi. Orang dayak kemudian berubah dari masyarakat pengumpul sagu alam menjadi masyarakat yang aktiv menanam padi. Selain kemudahan membuka hutan untuk perladangan, besi juga digunakan untuk membuat lubang pada sumpit dari kayu besi yang sangat keras. Sumpit ini menjadi ciri khas orang Kalimantan. Sumpit yang terbuat dari kayu ini adalah sejata yang jauh lebvih hebat, lebih akurat dan mampu membunuh mangsa dari jarak jauh. Ujung anak panah dimasukan kedalam racun alami yang diambil dari getah tumbuh=tumbuhan, yaitu getah Ipuh. Besi juga digunakan untuk membuat parang dan mandau, yang digunakan untuk berkelahi.
Hubungan diplomasi antara bangsa Cina dan amsyarakat dipesisir tercatat dalam sejarah dinasi Cina dari abad ke-7 sampai abad ke-16. Pedagang Cina menukar keramik, guci anggur dan uang logam dengan hasil-hasil hutan seperti kayu gaharu, gading burung enggang/rangok, serta sarang burung walet. Pedagang dari Siam juga membawa guci-guci yang terbuat dari batu yang masih banyak digunaan untuk mas kawin dan untuk upacara penguburan. Perdagangan dengan bagian lain dikepulauan Indonesia juga banyak terjadi, terutama dengtan pedagang dari Jawa dan Bugis.
Alhasil, tatanan social dan tradisi dayak berubah seketika. Cina masuk dalam diri Dayak.
*******









1 komentar:

Anonim mengatakan...

Apakah tulisan blog bapak yohanes tentang CINA DALAM DAYAK bisa kami post di blog kami IP-PSMTI?

terima kasih

Ikatan Pemuda Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons