Oleh Yohanes Supriyadi
Kelompok etnik Dayak di Kota Pontianak hampir berjumlah 7% dari total penduduk, atau mendekati 50.000 jiwa. Mereka tersebar merata diseluruh kecamatan, utamanya di Pontianak Utara, Pontianak Timur dan Pontianak Barat. Dayak dikota ini umumnya bekerja sebagai pegawai baik swasta maupun negeri. Hubungan mereka dengan komunitas didaerah asal masih sangat kuat, karena ada anggapan masyarakat dikampung, mereka inilah tokoh, yang harus dijaga, dilindungi dan cendrung didukung dalam banyak hal. Karena pegawai, dan berpendidikan, umumnya mereka lebih baik dalam pola laku, khususnya politik, walaupun dibeberapa kelompok, praktek-praktek politik primitif masih bisa dengan mudah kita temui. Kemana arah dukungan kelompok Dayak dalam Pilkada Pontianak ?
Pada pemilihan Gubernur tahun lalu, misalnya, Dayak di Kota Pontianak tercerai-berai, terutama para “elit politik”nya. Ini dimaklumi, karena perbedaan garis politik dan kepentingan dari masing-masing tokoh. Sungguhpun demikian, perpecahan dikalangan elit tidak sampai berdampak pada Orang Dayak dikalangan bawah (grass root). Dalam Pilkada Kota Pontianak, para elit Dayak juga terpecah. Baik pandangan, maupun dukungan. Beberapa tokoh secara vulgar mendukung calon tertentu, namun beberapa lainnya masih malu-malu. Keputusan ini tentunya berdasarkan pertimbangan politik, pengalaman dan daya jelajah. Namun demikian, beberapa kelompok kecil cendrung turun langsung “menggarap” basis-basis Dayak untuk mendukung calon tertentu, berdasarkan kesamaan aliran politik, etnisitas, agama dan keluarga.
Ada 7 pasang calon Walikota dan Wakil Walikota yang akan bertarung 25 Oktober nanti. Beberapa calon mendekati beberapa kelompok Dayak ini, dan beberapa calon lainnya terkesan “menjauhi”, entah karena jumlah pemilih kelompok Dayak yang tidak signifikan atau belajar dari pengalaman politik masa lalu, dimana kelompok Dayak cendrung “berpihak” pada kelompoknya sendiri, atau bahkan pada kelompok yang “terdekat” dari segi kesamaan aliran politik, budaya, agama, dan atau keluarga. Dari pengalaman politik, kelompok Dayak paling mungkin “berpihak” pada 3 calon yang ada, Gusti Hersan Aslirosa-Setiawan Lim, Oscar Primadi-Hartono Azas dan atau Harso Utomo Suwito-Awaludin Rahmad. Dari sisi etnisitas dan agama, ketiga pasangan ini yang “kelihatannya” paling sesuai dengan aspirasi politik Orang Dayak di Pontianak.
Berbeda dengan pasangan lainnya yang “menjauh” dari kelompok Dayak, ketiga pasangan ini “merapatkan” diri dan dengan cara tertentu mulai menggarap basis-basis kelompok Dayak yang ada. Namun, bila melihat dinamika yang berkembang, dari ketiga calon tersebut diatas, tampaknya kelompok Dayak akan mengerucut pada 2 calon, Hersan Aslirosa-Setiawan Lim dan Harso Utomo Suwito-Awaludin Rahmad. Setiawan Lim dipilih karena istrinya Orang Dayak, sedangkan Harso Utomo Suwito dipilih karena ia Katolik dan Awaludin Rahmad orang Bugis. Pola laku politik primitive, dalam prakteknya masih tampak pada kelompok “elit”Dayak di Pontianak. Bagaimana dengan anda ?
DAYAK DI PILKADA KOTA PONTIANAK
Yohanes Supriyadi
2 comments
2 komentar:
slam kenal dari gw DAYAK IBAN sarawak.. kita sekeluarga ,
Malam Dayak Borneo sangat sukses. More pics di
http://salakobato.blogspot.com/2008/12/night-to-remember-majlis-makan-malam.html
Posting Komentar