STANDAR GANDA TOKOH DAYAK

Oleh Yohanes Supriyadi

Dalam sebuah forum, seorang tokoh Dayak bercerita tentang sejarah hidupnya. Ia menceritakan ia sukses begini karena terdorong oleh motivasinya yang tinggi untuk meningkatkan derajat dan martabat dayak. Dulu, katanya, untuk sekolah ia harus berjalan kaki sejauh 4 Km dari kampung, melintasi hutan-hutan lebat dan kadangkala ganas dan angker. Dengan perjuangan berat, setelah tamat sekolah SD sampai SMP, ia merantau ke kota, karena tidak ada SMU dikampungnya, bahkan diibukota kecamatan terdekat. Dengan bekal seadanya, ia memberanikan diri untuk hidup dikota. Hampir 4 tahun ia menjalani hidup sebagai tukang koran
hingga kuli bangunan, hanya untuk membiayai sekolah sekaligus hidupnya sehari-hari. Setelah tamat sekolah (sarjana), ia diterima disuatu instansi dan bekerja sebagai pegawai. Puluhan tahun ia mengabdikan diri. Karena sibuk dengan urusan ”pekerjaan”, ia mengaku jarang sekali pulang kampung. Ada memang perasaan rindu, tetapi berhasil dikalahkan oleh ”nafsu” untuk sukses berkarir. Kini, ia telah hampir memiliki segalanya, dari rumah mewah, mobil mahal hingga tabungan dibank dengan nominal M. Tetapi apa yang terjadi kemudian ? karena sulitnya mengelola uang yang ”banyak” itu, serta karir yang menanjak terus, ia kemudian menambah istri, walaupun ”istri” simpanan. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan modal kekayaan yang ada, ia diajak oleh rekan-rekannya untuk tampil sebagai calon pemimpin didaerah, dimana ia dilahirkan dan dibesarkan. Dan tak berapa lama kemudian, ia mulai lagi turun kekampung, bahkan dikampung yang sangat jauh sekalipun, yang barangkali tidak pernah muncul dipemikirannya dulu. Ia kemudian ”mengaku” kepada rakyat dikampung sebagai satu-satunya pahlawan Dayak yang mampu berjuang dikota, dan berniat untuk memajukan kampung dan meningkatkan kesejahteraan Dayak secara umum. Terdorong oleh ”janji” ini, berbondong-bondong masyarakat kampung kemudian memilih yang bersangkutan dan berhasil.

2 tahun setelah memimpin, janji tak kunjung ditepati. Masyarakat kampung berniat untuk menagih, tetapi, ketika akan masuk rumah ”sang pemimpin”, rumah terkunci dan muncul seorang dari balik pintu; ” bapak tak ada ditempat, ia keluar daerah”, begitu katanya. Rombongan masyarakat kampung maklum dan pulang. Berselang beberapa minggu kemudian, mereka mendatangi lagi rumah mewah itu. Sama seperti kedatangannya tempo dulu, yang muncul hanya seorang pembantu; ”bapak lagi sibuk, dan ada tamu penting, entar lain kali saja”. Rombongan itu maklum saja, namun salah seorang dari anggota rombongan itu secara tak sengaja ingin sekali ”buang air” dan langsung masuk dirumah mewah itu. Dan...empat pasang mata beradu. Seorang terkejut dan seorang lagi kecut. Pulang dari kunjungan itu, dalam perjalanan timbul perdebatan sengit antar anggota rombongan. Yang satu mengatakan maklum saja, yang lainnya mengatakan ” hah..inilah tokoh kita. jangankan untuk membantu kita yang susah ini, untuk bertemu saja susah”.

*********





2 komentar:

diriku adanya mengatakan...

Ya..Terkadang sedih melihat cerminan tokoh Dayak seperti ini,'Kepribadian Ganda' bagian dari politiknya...ya semogalah citra ini ,tidak melekat pada para generasi2 mendatang, dan tentunya kitalah yang lebih kritis untuk memilih pemimpin yang betul2 bisa di jadikan panutan citra/konsep diri yang baik bagi masyarakat, bila perlu masyarakat kita di berikan konseling tentang pemimpin yang bisa di jadikan figur contoh, mau tidak mau ya harus mau.. sebab tokoh juga memmbawa nama besar suku,agama,golongan,atw...oleh karena itu, Tokoh Dayak adalah bagian dari suku,agama,golongan dll, ya hukum alamnya seperti itulah kira2x..OK bg,"Keep Strugle" Thx&Gbu.

PAMORRE mengatakan...

Mudah-mudahan dijaman sekarang ini, para pemimpin kita tidak lagi berbuat demikian adanya. Karena sungguh menyakitkan sekali,seperti pepatah bilang "habis manis sempah dibuang".
Gimana mau jadi pemimpin sejati?

Sudah lama kita ini dibodohi oleh suku, agama dan bangsa lain. Oh para pemimpin, ingatlah kami masyarakatmu ini.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons