SEKALI LAGI KAMI KEHILANGAN SEJARAH


Oleh Yohanes Supriyadi

Suatu hari saya diingatkan oleh almarhumah bapak saya;”catat ini, dayak tak akan dihancurkan oleh suku lain, tetapi oleh dayak sendiri”. Saya karena masih awam, belum mengerti benar kata-kata itu. Beberapa puluh tahun kemudian saya mulai mencba mengamati, apakah yang dimaksudkan kata-kata itu. Dikampung, saya melihat banyak sekali situs-situs asli, yang telah ada beberapa generasi lalu.

Dalam beberapa buku, yang sempat saya baca, antara lain mengatakan; ”orang dayak adalah orang alam, hidup ditengah-tengah alam dan tidak punya buku lain daripada alam...”. saya jadi teringat, bahwa situs-situs yang ada mungkin boleh dikatakan sebagai bukunya orang Dayak, termasuk berbagai bekas perkampungan (timawakng). Kini timawakng, telah habis ditebang oleh pewarisnya untuk tujuan komersil (menjual kayu), beberapa pantak, pantulak habis dicuri dan beberapa lagi tempat keramat habis digunduli untuk dijadikan ladang. Benda-benda peninggalan masa lalu pun mulai habis dihancurkan oleh pewarisnya yang telah pintar dan menganut agama tertentu. Kini dikampung itu, tidak ada lagi satupun situs yang bisa menggambarkan sekaligus membuktikan bahwa kampung ini telah ada sejak ratusan tahun lalu.

Berbeda dengan fenomena diatas, beberapa nama kampung juga mulai hilang berganti dengan nama-nama yang asing. Tentunya tergantung dengan kepandaian ”lidah” pemerintah yang berkuasa. Kampung Tahumatn misalnya menjadi kampung Tahuman, binua batukng menjadi binua betung, dan masih ribuan kampung lagi yang berubah. Ini masih kecil, binua sebagai daerah otonom milik orang dayak juga diubah menjadi pemerintah desa. Kini, Singa, Tuha Kampokng, Pangarah, Pasirah, Pangaraga telah benar-benar kehilangan peran, fungsi sekaligus wibawa. Mereka tergantikan oleh Kepala Desa, Kepala Dusun, Ketua Rw, Ketua Rk, dan ketua Rt.





1 komentar:

diriku adanya mengatakan...

ya itulah bg,sedikit-sedikit mengikis dan mengikis,ntah nanti apalagi??? seiring laju arus perkembangan,identitas pun semakin tidak terkendali dan kabur... mungkin ada motif tertentu didalamnya,identitas bagian dari isi dan jikalau sisi isi tidak berubah dan tetap pada tujuan awal, ku rasa masih bisa di toleran...sejauh tidak mengeruak sisi isi. oleh karena itu kualitas isi lebih penting daripada identitas yang tidak jelas...tinggal bagaimana kita megelola,menjaganya..OK Thx&Gbu

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons