La Politica (4) Dango Perjuangan Anto

Oleh Yohanes Supriyadi

Matahari sudah mulai tenggelam. Puluhan anak yang telanjang, orang tua, lelaki dan perempuan ”antri” menuju sungai, tak jauh dari pondok, dimana kami menginap. Pemandangan ini sungguh tak biasa saya lihat di kota. Gagas hanya tersenyum kecut, ketika saya menanyakan aktivitas warga sore itu.
”biasa aja tuh, memang dari dulu” ujarnya. Gagas tetap sibuk dengan laptopnya, tangannya bergerak-gerak ringan. Saya mengintip, lho...kamu main game huh ! Gagas tertawa.

Hanya berselang tiga puluh menitan, Anto datang dengan sembilan temannya. Semua laki-laki yang masih muda. Ditangan Anto, dua bungkusan besar. Pembungkusnya kantong plastik hitam.
”selamat malam bang”
”malam juga, apa kabar nih”
”baik-baik”
”biasa bang”
”aok..leakoalah...”
Anto mengeluarkan bungkusan. Satu bungkusan berisi ketela rebus, dan keladi rebus, sedangkan bungkusan yang satunya lagi kolak pisang. Anto menyuruh seorang temannya untuk mengambil piring dan beberapa buah gelas plastik.

Sembilan orang duduk melingkar, Anto memimpin pertemuan malam itu. Ia didampingi Gagas. Anto sangat berbakat, suaranya lantang dan keras. Ia sudah sangat terampil berpidato dan memimpin diskusi.
”Kawan-kawan, malam ini kita akan mengevaluasi program kita yang sudah berjalan sejak maret 2007 lalu. 13 bulan sudah kita jalankan program ini, hasilnya terbukti baik dan berjalan sesuai rencana. Sekarang kita mau diskusi tentang langkah-langkah selanjutnya dan sedikit mengevaluasi program”
”ooo...”
”edo’ yukng”
”aoklah”
”siap komandan !”
Sembilan pemuda itu semakin merapat. Ditangan mereka, sudah ada buku dan pulpen. Lembaran-lembaran kertas yang sudah diisi juga terselib dibukunya. Saya penasaran dan meminta beberapa lembaran itu.
”itu lembaran tugas kami dulu bang”
”ooo”
Saya manggut-manggut kecil. Dilembaran ini, jelas saya melihat kolom-kolom khusus yang sudah terisi, antara lain: daftar nama-nama pemilih yang terdaftar di KPPS, daftar nama dan latar belakang petugas KPPS, daftar nama-nama penduduk dewasa dikampung itu, daftar nama-nama tim sukses dari 4 pasangan calon dan latar belakang mereka. Dilembaran yang lain, saya membaca tentang materi kursus. ada 7 tahapan kursus politik yang pernah mereka ikuti sepanjang maret-juli 2007, nama peserta kursus, nama instuktur dan foto-foto. Ada juga laporan-laporan kursus yang dibuat oleh ketua panitia pelaksana kursus. Dilembaran lainnya, ada profile 4 pasangan calon, peta wilayah, aturan dan jadwal pelaksanaan pilkada oleh KPUD. Beberapa dokumen hasil kerja mereka juga masih terlipat rapi. Masing-masing orang memegang dokumen penting ini.
”sebelum lanjut kemateri lain, baiklah kawan-kawan, kita mulai dulu dengan refleksi tentang apa saja yang pernah kita ikuti selama 13 bulan ini. Mungkin, biar lebih jelas, masing-masing ketua panitia pelaksana kegiatan itu yang melaporkan. Gimana ?”
”siaaaap ...dan”
”aoookk”
Seorang pemuda maju tengah lingkaran kecil itu. Badannya tegap berisi, dimulutnya terselib rokoh ”cakra” kretek.
”Salamat malam kawan-kawan”
”malaaaamm”
”Saya akan menjelaskan tentang Kursus Managemen Team, dimana saya yang jadi ketuanya. Peserta kursus ini ada 10 orang, semuanya pemuda kampung. Lelaki ada 7 dan 3 perempuan. Kursus ini dilaksanakan 4 hari, instrukturnya sdr Gagas. Dalam kegiatan ini, peserta dilatih untuk: mengenali diri sendiri dan mengenali orang lain, membentuk sikap positif thinking, cara membentuk tim yang solid dan kuat, dan cara mengelola sebuah tim, baik tim kecil 5-10 orang maupun tim besar 10-20 orang. Penugasan setelah kursus ini adalah: meneliti orang per orang dikampung untuk dijadikan sebuah tim, membentuk tim.”
Ia berhenti dan meneguk segelas air putih.
”jumlah yang berhasil direkrut sebagai tim inti hanya 10 orang. 7 lelaki dan 3 perempuan. Kita mementingkan kualitas, selain karena masing-masing dari 10 orang ini sudah memahami karakter anggota”
Tepuk tangan menggemuruh. Gagas tersenyum. Saya melirik seorang peserta diskusi yang sedari tadi hanya diam.
”yang mengesankan, setelah kursus itu, seorang teman kami menjadi sangat terobsesi mengubah wajah kampung kami yang miskin ini”
”huuuu..”
”hahaha....”
”bagus...bagus...”
Gagas berdiri. Tangan kanannya mengepal keras dan diacungkannya keatas.
”merdekaa”
”merdekaaaaaaaaaa”
”Bung, yang diobsesikan salah seorang alumni kursus ini pasti akan terwujud, bila semua anggota tim ini tetap bersatu dan kompak. Dalam merebut kekuasaan dan memajukan kampung, tidak mungkin bisa kalau kita sendiri. Ingat, bila Bersatu kitaaaa.....”
”menaaaaaaanggg !”
Teriakan itu membahana memenuhi ruangan yang ada. Semua bersorak gembira, melepas kepenatan setelah kerja seharian. Gagas duduk kembali, sedangkan Anto masih berdiri tegak. Beberapa temannya juga mulai berdiri...mereka bersalaman satu sama lain...Gagas tampak tersenyum, mungkin ia telah puas...

Saya terdiam menyaksikan peristiwa yang menurut saya heroik ini. Bayangkan, hanya dengan kekuatan 10 orang tim inti ini, mereka telah mampu menunjukan bahwa kaum muda juga piawai berpolitik. Mereka dengan tambahan beberapa kali kursus dikemudian hari, berhasil ”memerahkan” kampung yang cukup besar ini dengan kemenangan mutlak. Sungguh suatu perjuangan yang tidak dibilang ringan, maklumlah dalam politik, apapun cara akan lawan gunakan, termasuk dengan uang saku. Anto dan kawan-kawannya memang fenomenal, bagi saya...sungguh.
(bersambung.....)




0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons