Gadis Misteri

Belum jam sembilan, aku sudah tiba dikantor. Belum ada tanda-tanda kehidupan, maklum tidak ada motor yang terparkir didepan. Pintu besi kantor itu memang sudah terbuka, namun kantor sepertinya tak ada penghuni. Tiba-tiba terdengar...ngrik...ngrik...ngrik...kepalaku masuk keantara daun pintu. Itu pasti suara printer, tapi siapa yang ngeprint ya....

Sekali lagi aku melihat kedalam, ada sesuatu berwarna hitam bulat yang bergerak-gerak. Aku penasaran. Kucoba mendekat...ya ampun, rupanya ada orang.
“Sudah lama la ?”
“hampir setengah jam-an bang”
“ooo....., aku kira tak ada orang tadi“
Aku masuk kedalam, melepas tas yang sedari tadi nempel dipunggungku. Perlahan aku membuka tas, dan mengeluarkan laptop kesayanganku dari sarangnya. Entah apa yang harus kutulis pagi itu, yang jelas, tanganku tak bisa diam begitu saja didepan laptop. Kesunyian pagi itu sangat terasa, karena tidak mungkin aku omong sendiri. Ola tak juga bicara.

****
Aku mengenal Ola sejak pertengahan tahun 2005. Awalnya, ia bekerja sebagai staff keuangan pada PT Krisna Kamya Nusantara, sebuah perusahaan distributor cuka karet. Perusahaan ini menjadi bagian dari program fund raising lembaga, yang saat itu aku pimpin.

Ola, asalnya dari Bingaro, kampung kecil di Kabupaten Landak. Sekarang ia baru berusia 24 tahun, belum menikah. Sejak kecil, tinggalnya berpindah-pindah. Ia menamatkan sekolah dasarnya di Pak Buis dan menamatkan SMP di Anik. SMA Kandayan Pahauman menjadi sekolah terakhirnya dikampung. Sejak tahun 2000, ia tinggal di Pontianak, melanjutkan sekolah di STIE Widya Dharma. Disekolah, ia biasa dipanggil Yulia. Diijasahnya, tertulis jelas, Yulia Yuniarti !. Mirip dengan nama Sunda. Mungkin pengaruh Sunda sudah masuk di Bingaro sejak lama, pikirku. Sepintas mengenalnya, ia sosok yang pendiam. Nyaris tak ada suara bila aku berada didekatnya, kecuali ketika Donat, teman sekantor sedang berceloteh. Ia bisa juga tertawa. Tetapi jangan heran, kalau sudah terpancing seperti itu, ia bisa juga nyerocos..cos..cos.
****

”kamu kenapa la”
”hu...hu...hu”
Tiga teman mendekat. Beberapa teman lainnya berkerumun, mirip semut mengitari gula.
”kamu kenapa la..”
”anu....hu...hu...hu...”
Ola menangis. Matanya berkaca-kaca. Sekali-sekali, Donat menggodanya. Ia tetap menangis, tertahan. Aku ingat, hari itu, hari terakhir acara, semua peserta dan panitia telah berbaur, semua bersukacita. Tiga hari dipantai yang dingin merupakan waktu yang cukup lama meninggalkan rumah. Tapi kenapa dengan Ola ?
”Ola dibentak oleh seorang peserta yang salah paham”
”ooooooo...”
Ola masih saja menangis. Tak ada yang tahu....kenapa ia terus menangis.
*********
Sosok Ola memang pendiam. Namun tidak sulit untuk mengenalnya. Dihidungnya, nempel sebuah tahi lalat kecil, tapi cukup terlihat. Dibalik sosoknya yang pendiam, Ola memiliki kelebihan lain, yang tak kutemukan dari teman-teman sekantor. Belakangan kudengar, ia menjadi konsultan. Diwaktu senggang, terutama bila jam mengisi kampung tengah, Ia seringkali menjadi tempat ”curhat” alias curahan hati bagi teman-temannya yang sedang dilanda nestapa. Beberapa masalah pribadi teman, telah selesai ditangannya. Itulah Ola, sang gadis misteri.

*************
yohanes supriyadi, peserta Pelatihan Jurnalisme Sastrawi YPPN, YPB bekerjasama dengan Tribune Institute, Dango Pefor Pontianak, 10-15 Maret 2008.





1 komentar:

lamanday mengatakan...

kok kayaknya blum rampung ni kisah boss..

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons