Adat Roboan Tolak Bala’ Suku Madura Rantau Panjang


Oleh Musyafa’ Arifin (Guru Madrasah Aliyah Tabiyatul Islamiyah Rantau Panjang)

Dengan adanya kepedulian dari beberapa NGO Kalbar, salah satunya Yayasan Pemberdayaan Pefor Nusantara Pontianak dalam membangun budaya damai antar etnik, maka kami yang mewakili (Suku Madura) diberikan kesempatan untuk menuangkan tulisan kami tentang “Budaya Damai”. Mengawali tulisan ini, ada beberapa kendala yang kami hadapi, namun dengan adanya dorongan yang diberikan dari pihak yayasan dan bantuan dari tokoh-tokoh masyarakat sehingga kami dapat membuat tulisan ini. Memang tidak dapat dipungkiri ada kekurangan dan kelemahannya, akan tetapi tulisan ini dapat membantu kita untuk lebih berusaha lagi menguak adat / tradisi-tradisi yang masih tertutup.

Melalui beberapa kali lokakarya yang kami ikuti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui kita “Budaya damai” ini dapat tercipta bila ada kepercayaan dan hubungan kerjasama yang baik antar suku-suku, khususnya yang ada di Kalimantan Barat ini. Untuk itu melalui tulisan ini kita semakin dibukakan pngertian-pengertian yang baik, supaya tidak ada prasangka / anggapan dari pihak manapun, baik itu kelompok maaupun probadi.

1. Pengertian dan Latar Belakang peristiwa Adat Robo’an Tolak Bala
Menurut orang Madura kata Robo’an diambil dari bahasa Arab, yang artinya Rabu. Rabu sendiri mempunyai arti atau pengertian yaitu empat (hari). Jadi secara keseluruhan Robo’an digambarkan sebagai “bumi”, dimana bumi bentuknya bulat dengan persegi empat, dengan mempunyai empat penjuru yaitu timur, selatan, barat dan utara. Keempat penjuru dengan penjabarannya bahwa manusia mempunyai tempat tinggal yang berbeda-beda, baik itu di des, kota, kampung, bukit dan sungai. Asal-usul Adat Robo’an dilaksanakan secara turun-temurun oleh nenek moyang suku Madura, baik itu di Madura sendiri ataupun suku Madura perantau, (suku Madura Rantau Panjang). Awal mulanya suku Madura masuk Desa Rantau Panjang, mereka selalu melakukan adat Robo’an Tolak Bala’ ini hingga sampai sekarang. Alasan mengapa mereka mengadakan adat ini, supaya tidak terjadi mala petaka atau dengan kata lain sebagai penangkal bermacam-macam penyakit dan bencana. Adat ini biasanya dilakukan setiap kali seseorang atau sekelompok orang akan mendiami suatu tempat yang baru.

Menurut sejarah adat Robo’an Tolak Bala’ sangat erat kaitannya dengan agama, khususnya agama Islam. Setiap adat-adat yang dianut orang Madura hampir semuanya berdasarkan Kitab Al-Quran dan dalam pelaksanaannya atau proses penyiapan adat-adat tesebut. Tidak terlepas dari pengertian di atas adat Robo’an sangat erat kaitannya dengan agama khususnya agama Islam. Peristiwa terjadinya adat Robo’an Tolak Bala’ dikarenakan, pada hari rabu terakhir di bulan sofar tahun Hijriah Allah SWT telah menurunkan bermacam-macam penyakit dan bala. Menurut sejarah para Ulama yang dikutib dalam Alkuran, pada waktu itu sekitar 320.000 macam penyakit yang menimpa masyarakat. Penyakit-penyakit itu antara lain :
• Penyakit yang bersifat jasmaniah
yaitu perilaku seseorang yang berubah dari yang sopan menjadi yang tidak sopan, kurang menghargai, sering menyakiti perasaan orang lain, dll.
• Penyakit yang bersifat rohaniah
Yaitu penyakit yang bersifat mengotori hati, sehingga menimbulkan perbuatan-perbuatan tercela. Misalnya : memfitnah, dengki, mengadu domba, ambisi kepada derajat dan pangkat, sombong, ingin dipuji, dll.
Dengan demikian Untuk menghindari supaya bencana atau bala itu datang kembali, maka nenek moyang orang Madura mengadakan upacara adat Robo’an tersebut.

2. Hubungan Tausiyah dengan Adat Robo’an Tolak Bala’
Kata Tausiyah yang artinya adalah petunjuk, atau yang biasanya disebut orang Madura adalah “pitodu”. Datangnya Tausiyah melalui para Alim Ulama, Kiyai atau orang yang mempunyai ahli marifat. Hal ini biasanya terjadi sebelum bencana datang, baik itu berupa mimpi, bisikan ataupun melalui, ayat-ayat Alkuran. Setelah mendapat petunjuk tersebut, para alim ulama, kiyai yang mendapat petunjuk itu segara menyebarluaskan petunjuk tersebut kepada sesepuh masyarakat dan mereka menyebarluaskan berita tesebut kepada seluruh masyarakat. Selain itu ada juga Tausiyah yang bersifat menyusul. Isi tausiyah yang bersifat menyusul yaitu seperti akan datang gempa bumi, tanah lonsor kemarau panjang yang disertai dengan bermacam-macam penyakit. Untuk menangkal bencana itu, mereka harus mengadakan adat selamatan, yang biasanya adat ini dilakukan atau dilaksanakan setiap satu tahun sekali.

3. Hubungan Adat Robo’an dengan Konflik
Adat Robo’an Tolak Bala’ sangat erat kaitannya dengan konflik, dimana dengan adanya upaya pencegahan supaya jangan terjadi konflik, satu-satunya hal yang harus dilakukan masyarakat setempat adalah adat Robo’an Tolak Bala’. Turnnya bala’ yaitu pada hari rabu terakhir di bulan safar tahun hijriah karena setiap pekerjaan dan perbuatan manusia tidak terlepas dari pengawasan Allah SWT. Allah maha mengetahui juga maha penyayang bagi alam semesta. seperti terjadi konflik, krusuhan antar etnis yang berlainan suku. Kalau kita renungi dan hayati dengan secara mendalam manusia kadang-kadang tidak sadar terhadap tingkah lakunya sendiri, yang benar-benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar, sehingga menimbulkan gejolak. Dan apabila gejolak tidak kita padamkan akan menimbulkan bermacam-macam malapetaka bagi kita. Bahkan tidak tertutup kemungkinan timbulnya konflik berkepanjangan yang menimbulkan pengungsi besar-besaran.

4. konflik hanya menghasilkan penderitaan bagi orang lain yang tak tahu apa-apa.
Konflik juga membawa bencana yang cukup besar antaralain faktor ekonomi, karena tidak tutup kemungkinan akan terselit dalam hati seseorang untuk balas dendamterhadap orang-orang yang telah menghancurkan hidupnya. Dan apabila hatiseseorang sudah dirasuki penyakit dendam, maka orang tersebut akan mengeluarkan sifat aslinya, bisa saja dalam bertindak anarkis brutalisme dan lebih lagi bertindak kekerasan. Padahal kekerasan bukanlah akhir penyelesaian yang baik, melainkan akan membawa kita ke jurang kebinasaan / kehancuran.

5. Beberapa kali terjadi konflik di kal-bar
Tercatat dalam sejarah bahwa terjadinya konflik di Kalbar sebanyak lima kali kejadian.
1. pada tahun 1967 telah terjadi konflik antar etnis pribuni dan non pribumi, yaitu suku Dayak dan suku Cina
2. pada tahun 1972 juga terjadi kerusuhan antar etnis yang menimbulkan penderitaan bagi orang lain. Dan terutama bagi mereka yang menyaksikan kejadian itu, konflik yang terjadi dilakukan oleh dua kelompok etnis yaitu Suku Madura dan Suku Daya di daerah Samalantan.
3. pada tahun 1977 juga terjadi kerusuhan antara suku Dayak dan Madura di daerah mandor.
4. pada tahun 1997 juga terjadi kerusuhan antara suku Dayak dan Madura di daerah sanggau ledo.
5. pada tahun 1999 juga terjadi kerusuhan antara suku madura dan Melayu di kabupaten sambas, sehingga satu sisi diusir dengan berbagai cara dan menimbulkan pengengsian besar-besaran.
6. sebab-sebab terjadinya konflik yang pertama kecemburuan / kesenjangan sosial.
Faktor ekonomi krisis moral sehingga menimbulkan brutalisme dan penjaraan juga kurang mendekatkan diri pada agama. Karena apabila kurang dekat kepada agama maka akan menimbulkan sifat-sifat anarkis brutalisme seperti kasus sanggau ledo, kasus sambas dan banyak kasus-kasus lainnya.

Apakah adat Robo’an dapat digunakan untuk menangkal komflik
Kalau kita pikir dengan secara mendalam terjadinya kekerasan komflik, terjadinya bencana itu datang dari Allah SWT. Untuk itu kita harus lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara mengikuti ajaran-ajaranNya dan juga menjauhi laranganNya seperti adat Robo’an yang selalu kita laksanakan setiap setahun sekali untuk mencegah datangnya bermacam-macam penyakit dan bala’ sehingga adat Robo’an yang selalu kita laksanakan setiap setahun sekali untuk mencegah datangnya bermacam-macam penyakit dan bala sehingga adat Robo’an ini bisa menangkal komplik bencana kerusuhan dan lain sebagainya, sehingga kita dianjurkan untuk menyelenggarakan adat Robo’an setiap setahun sekali, guna menangkal hal-hal yang tidak kita inginkan seperti musibah tanah longsor, kemarau panjang yang menimbulkan berbagai penyakit dan bala, juga musibah banjir, kerusuhan dan komplik semuanya adalah bala dari Allah SWT dan merupakan peringatan bagi kita untuk tidak melupakan ajaran-ajaran agama sesuai perintahNya. Seperti Robo’an dari abad ke abad selalu dipertahankan agarjangan sampai luntur dan punah oleh perkembangan jaman yang sekian hari mencabik-cabik adat istiadat dan tradisi dari masyarakat adat dan sebagai masyarakat adat kita harus lebih waspada dan hati-hati supaya adat istiadat masih tetap lestari

Alat-alat Peraga yang di Persiapkan dalam Upacara adat robo’an
• Masak nasi secukupnya
• Masak lauk pauk secukupnya
• Memasak Sayur-mayur
• Membuat bubuk santan kelapa
• Menulis zimat/ mantra

Rincian Biaya
• 1 kg beras putih 3.300
• sayur mayur 5.000
• ikan, ayam, telur 12.000
• beras dan kelapa 4.000
• bulpen dan buku 2.500
jumlah keseluruhan = 26.800


Tata Cara Mempersiapkan Alat Peraga Dalam Upacara
• Mengambil beras secukupnya, kemudian dicuci dengan air sampai bersih dan dimasukan ke dalam belanga / panci dan dimasak. Setelah matang, nasi diangkat dari panci tsb, dimasukan dalam pinggan dan dibentuk seperti gunung atau yang sering disebut orang Tumpeng.
• Memasak sayur-mayur
Lauk pauk biasanya yang dipakai anta lain indomi, kacang panjang, wortel, sawi, mihun, bayam dll.
• Memasak ikan, ayam, telur
Terlebih dahulu yang dilakukan adalah ikan ataupun telur, dibersihkan rempah-rempah yang sudah ditumbuk dan dimasukan ke dalam kuali, selanjutnya memasukan ikannya.
• Membuat bubur yang menggunakan santan kelapa
Cararnya, terlebih dahulu kita mencuci beras dengan air hingga bersih dan dimasukian ke dalam pinggan kemudian diberi santan kelapa untuk dibuat bubur santan. Setelah itu dimasukan ke dalam piring-piring kecil.

Arti dan makna alat peraga upacara
a. Nasi yang berbentuk gunung atau tumpeng
itu artinya rumah gunung berbukit-bukit, yang ditumbuhi kayu dengan beraneka ragam macam kayu yang jadi penghasilan masyarakat adat sehari-hari yang tak terkirakan bagi anak cucu kita di kemudian hari.
b. Sayur-mayur
itu artinya sebagai tumbuh-tumbuhan yang dapat diambil manfaatnya, seperti tumbuhan yang ditanam atau tumbuhan liar, dengan arti supayta selamat dari berbagai macam gangguan, baik yang dilakukan oleh manusia atau yang lainnya.
c. Masak Ikan, telur dan ayam
artinya dapat diartikan dengan hewan ternak ataupun hewan liar, juga dapat diartikan manusia. Mengapa demikian, karena menurut sejarah manusia juga disebut hewan, tetapi hewan yang dapat berbicara.
d. Bubur santan
artinya sungai dan isinya, baik yang berupa ikan dll yang berada di dalam sungai.
e. Menulis Azimat atau mantra
artinya semua orang yang meminum air azimat dapat terhindar atau selamat dari berbagai bala dan penyakit, baik penyakit jasmaniah maupun penyakit rohaniah.

Tata Cara Menulis Azimat
• Harus mengambil air wudhu, dengan memakai kopiah dan sarung, baju, buku dan juga bulpen. Pengertian air wudhu, supaya kita suci dari hadats kecil seperti buang air besar, kencing dll. pakaian yang dipakai harus suci dari najis. Najis disini ada yang bersifat berat, sedang dan ringan, dan buku serta pulpunnya harus yang baru.

Syarat-syarat menulis Azimat
• Diharuskan niat, khusuk tidak berpikir kepada yang lain
• Orang yang sudah berpengalaman dalam hal menulis zimat
• Panjang pendek tulisannya maharojul Huirufnya Tajuidnya
• Harus terang dan bisa dibaca
• Harus tinta hitam dan memakai buku atau kertas putih

Siapa yang menulis Azimat dan kapan azimat harus ditulis
Penulis azimat biasanya dilakukan oleh orang yang betul-betul memahaminya. Baik itu kiyai, ulama, sesepuh Madura, ustad atau santri yang memang tahu betul corak dan model azimat. Biasanya zimat ditulis pada hari selasa sore sampai malam rabu, setelah selesai azimat ditulis kemudian dibagikan kepada masyarakat setempat sesuai dengan keperluan mereka. Dalam hal ini tulisan azimat tidak boleh diperbanyak dan difoto copy.

Tempat menulisnya dimana
Tempat menulis azimat / mantra biasnya dilakukan di masjid, mushollah dan juga bisa ditulis di rumah masing-masing. Sebelum menulis salah satu dari penulis. Harus memberi contoh tulisannya, bioasanya contoh itu ditulis di papan tulis sehingga mudah ditiru oleh yang lainnya.

Bagaimana Bentuk azimat
Bentuk azimat segi empat, dengan model berkotak-kotak di dalamnya dan dibagi menjadi sembilan kota. Setiap kotak diberi angka huruf arab…. Sedangkan di tepi kotak dikelilingi tulisan bahasa arab.

Khasiat azimat
Menurut petuah sesepuh suku Madura, adalah sebagai penangkal Bala’ yang diluar maupun di dalam azimat. Hal ini juga diyakini untuk mencegah bala’ yang diturunkan pada hari rabu terakhir di bulan safar. Maksud dari bala’ di luar dan didalam adalah penyakit jasmaniah dan rohaniah.

Tata cara Menyimpan zimat
Harus tebelum terbitnya matahari mksimal ja m tiga sampai jam lima subuh (Hatta Matla’il Fajri). Menurut sejarah Madura, bahwa bermacam-macam bala’ yang turun hari rabu bersamaan dengan timbulnya matahari. Apabila azimat dipasang sesudah matahari timbul maka azimat tersebut tidak ada apa-apanya dan tidak bisa merfungsi sebagaiman mestinya (kitab Fathul Malikil Majid). Azimat disimpan dalam penyimpanan air bersih atau kolam mandi, misalnya tempayan, leding dalam kamar mandi.

Syarat-syarat menyimpan azimat
a. seorang laki-laki dewasa yang sehat jasmani dan rohani, tidak ada kelainan jiwa, bisu, gagap dll.
b. anak-anak tidak diperbolehkan menyimpan azimat, diharuskan orang yang sudah dewasa atau tuadan apabila laki-laki tidak ada dalam rumah maka perempuan yang ditugaskan untuk menyimpannya.
c. tidak boleh berbicara pada waktu menyimpan azimat, yang harus dilakukan adalah baca-baca dan juga harus suci dari hadats besar dan kecil.
d. jangan sampai salah meletakan azimat, misalnya tulisannya kebawah
e. tulisannya harus menghadap ke atas
f. azimat jangan sampai tenggelam, baik yang ditempayan maupun di leding kamar mandi
g. setelah selesai adat robo’an azimat tidak boleh diambil , dibiarkan sampai hancur dengan sendirinya
h. dilarang bersiul, merokok, menjerit dll










Tata cara penyelenggaraan upacara adat Robo’an
Harus diadakan musyawarah antara sesepuh Madura dengan panitia penyelenggaraan adat robo’an, selain itu yang harus hadir adalah kiyai selaku pemimpin upacara adat. Selain itu para ustad setempat menyampaikan hasil mufakat mereka kepada masyarakat, bahwa penyelenggaraan adat robo’an di hari rabu terakhir bulan safar dilaksanakan pada pukul 06.00 pagi dan seluruh masyarakat dimohon hadir ke tempat yang sudah disediakan oleh panitia.

Upacara adat roboan dilaksanakan pada hari rabu terakhir di bulan safar, pada hari itu juga upacara adat dilakukan dengan khusuk, diikuti dengan masyarakat kampung dan harus suci hadats.

Tempat pelaksanaan adat robo’an biasanya dilakukan di masjid, musollah atau di rumah masing-masing . dengan membawa alat-alat yang diperlukan dalam upacara, misalnya tumpeng, lauk-pauk, bubur santan dan khusus bagi laki-laki mereka membawa sajadah dan tasbih.

Pemimpin upacara adat roboan adalah ulama atau ustzd, akan tetapi iasanya sesepuh madura setempat yang memang betul-betul mengetahui tata cara adat robo’an. Cara meletakan alat peraga upacara , cara berdoanya dengan menggunakan bahasa arab, dan harus mengetahui arti doa tersebut. bagi yang melaksanakan adat robo’an
• diharuskan mandi terlebih dahulu , adat mandi dipimpin oleh tokoh agama, misalnya ustad, ulama atau sesepuh suku Madura setempat. Biasanya yang melakukan adat mandi terdahulu adalah laki-laki, dengan berjongkok di depan pemimpin upacara kemudian pemimpin upacara menyiramkan air ke seluruh tubuh hingga merata. Dalam mproses penyiraman pemimpin upacara membacakan ayat-ayat suci Al-kuran yaitu ayat kursi. Ayat kursi diyakini sebagai penangkal bala, karena setiap roh-roh jahat yang sering mengganggu orang lain, takut pada ayat suci tersebut.
• Mengambil air wuduh, supaya kita suci dari hadats. Hikmah dari wudhu adalah bukan hanya ditujukan kepada orang-orang yang melaksanakan adat roboan saja, akan tetapi kita yang hidup sehari-hari pun harus memiliki air wudhu. Lebih-lebih jika ingin tidur supaya tidak diganggu oleh roh-roh jahat. Bagi mereka yang mempunyai air wudhu, dari wajahnya terpancar sinar, yang memudahkan riskinya, pikiran yang tentram dan hidup tenang.
• Melaksanakan sholat sunat empat roka’at dengan niat mengusir bermacam-macam penyakitdan bala’. Raka’at pertama sesudah suratAl-Fatihah, membaca surat Inna Aktoina 17 kali. Raka’at kedua sesudah surat Al-Fatihah, kemudian membaca suratAl-Ikhlas 5 kali. Dan juga raka’at ketiga dan keempat, dengan membaca Al-Fatihah lalu memberi salam.
• Memberi lingkaran bulat, jadi seluruh masyarakat yang mengikuti adat robo’an diatur membentuk lingkaran bulat, ditengah-tengah lingkaran tersebut alat-alat peraga upacara diletakan dengan rapi, selanjutnya panitia pelaksana memberi sambutan dengan tema seputar adat robo’an. Setelah selesai memberikan sambutan lalu panitia membakar kemenyan atau dupa, setelah asap kemenyan mengepul, barulah pemimpin adat memanjatkan doa kepada Nabi Muhammad SAW. Selain kepada nabi Muhammad juga kepada sahabtnya dan kepada leluhur kita yang sudah meninggal; dengan mohon keselamatan dari berbagai macam-macam penyakit dan bala.
• Melaksanakan solat sunat dua Rokaat, dengan niat mengusir bermacam-macam penyakit.
• Membentuk lingkaran bulat bagi orang-orang yang melaksanakan Roboan. di tengah lingkaran tsb. Alat peraga upacara diletakan dengan rapi. Selanjutnya panitia pelaksana adat membakar kemenyaan dan dilaksanakan pembacaan doa-doa memoho keselamatan dari segala penyakit dan bahaya.

bagian yang melaksanakan adat roboan
• diharuskan mandi terlebih dahulu adatmandi dipimpin oleh tokoh agama,ulama,ustazd atau sesepuh suku madura setempat.
Acara mandi biasanya dimulai sebelum upacara adat dilakukan,dan terlebih dahulu kaum laki-laki melakukan adat mandi: kita berjongkok dihadapan pemimpin upacara, lalu pemimpin menyiramkan air keseluruh badan hingga merata. Dalam adat mandi itu ada bacaan biasanya di baca saatmenyiramkan air ke tubuh masing-masing: bacaan dari kitab suci Al-Quran yaitu ayat kursi:ayat kursi juga diyakini sebagai penangkal bala’ karena setiap roh-roh jahat yang sering menganggu orang lain,takut pada ayat suci tersebut.
• Mengambil air wudhu
Supaya kita suci dari hadast hikmah dari wudhu adalah,bukan hanya di tunjukan pada orang-orangyang melaksanakan adat Robo-an akan tetapi kita hudup sehari-hari pun di haruskan punya air wudhu.lebih-lebih jika mau tidur supaya tidak di ganggu oleh roh-roh jahat. Orang-orang bisa punya air wudhu mukanya bersinar di mudahkan dalam riskinya,pikiran tenang hidup tentram.
• Melaksanakan sholat sunat empat roka-at dengan niat mengusir bermacam-macam penyakit dan bala’.raka-at pertama sesudah surat Al-fatihah:baca surat inna Aktoina 17 kali rakaatsesudah surat Al-fatihah baca surat Al-Ikhlas 5 kali rakaat ketiga dan keempat Cuma baca surat Al-fatihah lalu memberi salam.
• Membentuk lingkaran bulat
Jadi seluruh masyarakat yang mengikuti adat Robo’an di atur membentuk lingkaran bulat di tingah-tengah lingkaran tersebut alat –alat peraga upacara diletakan dengan rapi, serlanjuitnya paniti pelaksana memberi sambutan dengan tema seputar adat robo’an. Selesai memberikan sambutan, panitian membakar kemeyan atau dupa dan asap kemenyaan mengepul barulah pemimpin upacara adat memanjatkan doa kepada nabi Muhammad SAW dan sahabat leluhurnya serta leluhur kita yang sudah meninggal dengan mohon keselamatan dari berbagai macam penyakit dan bala.

Peranan Wanita Dalam Adat Robo’an
Dalam sejarah wanita adalah ibu rumah tangga. Peranan seorang ibu adalah sebagai pendamping suami dalam menggurus rumah tangga sedangkan laki-laki lebih menitik beratkan terhadap pekerjaan guna memberi nafkah kepada keluarga. Dalam adat Robo’an peran wanita tidak jauh berbeda dengan laki-laki, mengapa demikian ? hal ini dikarenakan setiap kegiatan yang ada didalam adat Robo’an wanita diperbolehkan dalam mengikuti upacara adat Robno’an, seperti adat mandi, sholat sunat empat rakaat dengan berjamaah dan doa selamat.

Tata cara berpakaian adat robo’an
a. Diharuskan berpakaian rapi
b. Harus pakai sarung atau celana yang suci dari najis, baru harus lengan panjang dan berwarna putih atau baju taqwa dan kopiah harus sewajarnya (tidak di perbolehkan topi atau baret dan juga baju lengan pendek yang warnanya mencolok/ kaos ketat yang bergambar dibelakang atau depan).
c. Wanita diharuskan berpakaian yang dapat menutupi aurat, misalnya kebaya panjang dan memakai jilbab serta stocking atau kaos kaki supaya kaki tidak kelihatan.
d. Wanita dilarang memakai kaos ketat dalam bentuk apapun, misalnya rok mini, celana ketat, tidak boleh berhias-hias seperti mau pergi ke pesta.

Perbedaan Adat Robo’an suku madura dengan suku lain
Masyarakat yang hidup dialam maya tentunya seudah mengenal adat-istiadat dan tradisi dari suku masing-masing, misalnya adat tolak bala. Kalau berbicara adat tolak bala yang lebih dikenal dengan adat robo’an sedah lebih dikenal oleh masyarakat khususnya di Kalimantan Barat (yang beragama islam). Dalam hal ini pelaksanaan biasanya dilakukan bersamaan tetapi ada beberapa perbedaan misalnya pada alat-alat peraganya atau tempat dimana untuk menyelenggarakan adat robo’an tersebut. Selain itu masih ada banyak perbedaan lain lagi seperti adat pogo’an tolak bala daloam bahasa madura disebut adat tulak bala’.

Larangan bagi yang melaksanakan adat robo’an
a. tidak diperbolehkan melakukan aktivitas kerja
laki-laki maupun perempuan selama sehari penuh tidak melakukan pekerjaan pada hari rabu terakhir bulan shafar, mengingat banyak sekali terjadi kejadian-kejadian pada waktu itu.
b. Dilarang melakukan perjalanan jauh
Perjalanan disini menyangkut dengan transportasi sungai, darat dan udara karena kuatir akan terjadi sesuatu.
c. Lebih banyak diam dirumah sambil mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berzikir berdoa wirid baca ayat suci Al-Qur’an supaya kita semua mendapat ampunan dari Allah SWT supaya dijauhkan dari berbagai macam penyakit dan bala’.

Bagi yang melaksanakan adat Robo’an
Bagi suku madura yang tidak melaksanakan adat robo’an akan mendapat teguran atau peringatan dari sesepuh suku madura, karena orang tersebut dianggap telah melanggar hukum dan moral. Selain itu dia menggangap adat robo’an adalah sekedar tradisi orang madura. Mereka inilah yang akan mendapat cobaan dari Allah serta akan mendapat musibah karena telah melanggar petuah atau tausyiah dari ulama dan kiyai juga akan mendapatkan cemoohan masyareakat setempat.

Kejadian-kejadian dihari Robo’an
Bertepatan dengan hari rabu terakhir di bulan shafar tepatnya di desa rantau panjang, masyarakat pagi-pagi telah bersiap-siap untuk datang ke masjid atau musollah untuk melaksanakan adat robo’an. Kejadian-kejadian yang bisa terjadi untuk orang yang melanggar adat tersebut akan mengalami kecelakaan baik itu tabrakan, kebakaran, dll.

Bahwa dalam setiap tahun sekali masyarakat adat rantau panjang masih tetap melaksanakan adat robo’an dengan secara turun-temurun hingga sekarang. Adat ini tetap dipertahankan dan dijaga supaya tetap lestari, dan tidak hilang dari ingatan masyarakat setempat. Adat robo’an juga diyakini mampu mencegah berbagai macam penyakit dan bala’, baik penyakit jasmaniah maupun rohaniah. Adat robo’an dapat membawa rasa damai bagi masyarakat dalam mencegah datangnya berbagai macam penyakit dan bala’.


0 komentar:

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | JCpenney Printable Coupons