Oleh Yohanes Supriyadi
Mengkonsolidasikan kekuatan seluruh elemen Pemuda Adat Dayak (PAD) Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Pengurus Daerah Kalimantan Barat (AMAN Kalbar) bersama Yayasan Pangingu Binua menggelar Seminar Pemuda Adat Dayak se-Kecamatan Menjalin pada hari Kamis, tanggal 8 Mei 2008, yang bertempat di Aula Pastoran Katolik Menjalin. Seminar ini dihadiri oleh Seluruh Kepala Desa, Kepala Adat, Pengurus Adat, Pemuda-pemudi dari 40 kampung dan Binua se-Kecamatan Menjalin. Masing-masing kampong mengirim delegasi sebanyak 2 orang, putra dan putri.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Thomas Apon, Ketua Dewan Adat Kecamatan Menjalin, dengan didampingi oleh Danramil Menjalin, Kapolsek Menjalin, Kepala Desa se-Kecamatan Menjalin, Tokoh Masyarakat, Kepala Adat, dan pengurus Pemuda Adat Dayak se-Kecamatan Menjalin. Selain AMAN Kalbar dan Yayasan Pangingu Binua, seminar ini didukung juga oleh DAD Kec. Menjalin, YPPN, Palma Institut, dan Tribune Institut.
Narasumber yang diundang dalam seminar ini adalah C.Theotimus Ulon, Sekretaris POKJA (Kelompok Kerja Masyarakat Adat Kec. Menjalin), dengan topic “Solok Binua”, Simon Pabaras dari AMAN Kalbar dengan topic “Pemuda Adat di Indonesia”, Yohanes Supriyadi dari PALMA Institut dengan topic “ Ideologi dan Arah Gerakan Perjuangan Masyarakat Adat”, Supandi dari POKJA Kec. Menjalin dengan topic “Supremasi Hukum Konteks Masyarakat Adat”, Yohanes dari DPRD Landak Dapil III dengan topic ”Partisipasi Masyarakat Adat dalam Pembangunan”, dan A.A. Mering dari Tribune Institut dengan topic “Ngingu Masyarakat Adat melalui Tulisan”. Seminar ini dimoderatori oleh Jhon Patalas, Pemuda Adat Dayak Kecamatan Menjalin.
Menurut Mikael,SH, Ketua Panitia Seminar, Seminar ini dilaksanakan karena belum pernah dlaksanakan seminar khusus Pemuda Adat Dayak di Kalimantan Barat selama ini. “Kami memandang sangat perlu karena posisi pemuda adat sangat strategis dalam mentransformasikan adat untuk pelestarian dan pengembangan kehidupan masyarakat adat dimasa depan” ujarnya. Aktivis Pemuda Adat Dayak ini menjelaskan bahwa seminar ini akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang mengikat bagi seluruh anggota Pemuda Adat Dayak se-Kecamatan Menjalin untuk mencapai kedaulatan secara politik, mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara budaya”. Mikael, SH yang juga aktivis Yayasan Pangingu Binua, mengharapkan, dengan seminar ini, keenam narasumber yang hadir dapat menuntun kaum muda adat menggali, mencari atau memunculkan kembali identitas sebagai bagian dari masyarakat adat untuk menahan laju globalisasi. “sekarang ini, adat kita semakin hilang dan kami berharap agar apa yang disampaikan dapat diterima,dipahami dan dilaksanakan karena pemuda-pemudi sebagai penerus masyarakat adat”, ujar bapak 2 anak ini.
Dalam makalahnya, C.T. Ulon, memaparkan bahwa Solok Binua yang telah diadakan di Kecamatan Menjalin ini dilatarbelakangi atas keprihatinan bahwa orang Dayak sudah tidak peduli lagi dengan Dayaknya, dan pemerintah juga memberi peluang untuk hidup sebagai orang beradat. “dulu, masyarakat adat Dayak ada system ekonomi yang dikenal dengan nama Andel. Sekarang, Andel ini ditingkatkan lagi secara luas dengan nama SOLOK BINUA”. Menurut Kepala SMAN 1 Menjalin ini, Solok Binua pada jaman dahulu adalah sesuatu yang diberikan secara sukarela dan ditunjukkan kepada sesame orang dayak. Namun, pluralitas masyarakat di Kecamatan Menjalin, mengharuskan kami untuk melibatkan semua suku bangsa yang ada sebagai anggota Solok Binua. “Kami bangga, pada awal tahun 2008 ini, (sejak bulan Januari-April, red) telah terkumpul Rp. 10,600.000. Solok Binua ini dikumpulkan dari 4.200 KK masyarakat adat se-Kecamatan Menjalin, dengan Rp 1000/bulan/KK. Artinya, dalam sebulan, Solok Binua akan mengumpulkan dana sebesar Rp 4.200.000” ujarnya tersenyum. Menurut Pak Ulon, demikian pria ini dikenal, “Solok Binua ini diadakan dari, oleh dan untuk masyarakat adat se-Kecamatan Menjalin”. Secara khusus, tujuannya untuk pemberdayaan lembaga-lembaga adat melalui pelatihan, kursus para kepala adat atau pengurus adat, pemugaran tempat-tempat keramat, pembiayaan sanggar-sanggar seni, pemeliharaan rumah adat dan lain-lain.
Situmorang, Kepala Desa Menjalin, mengingatkan tim POKJA sebagai pengelola, agar pengelolaan dana masyarakat adat ini transparan. “ini sangat baik, oleh karena itu untuk menjaga kepercayaan masyarakat adat, pengelolaan dana ini harus transparan dan jujur. Saya yakin, masyarakat akan sangat mendukung. Sebagai Kepala Desa, saya akan mendukung program yang baik ini dan membantu mensosialisasikannya kepada masyarakat diwilayah saya” ujarnya kemudian. Seminar ini ditutup secara resmi oleh Ketua Umum Panitia Naik Dango ke-II Kecamatan Menjalin, Sarinus S.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar